Equity (modal sendiri), disamping hutang/debt, adalah salah satu sumber modal (source of capital) dari suatu perusahaan.
Setiap sumber permodalan, baik equity maupun debt, tentu ada biaya nya. Jika biaya atas hutang adalah bunga (interest), maka biaya atas modal sendiri atau cost of equity adalah required return (imbal balik) yang diharapkan pemegang saham sebagai kompensasi dari menanggung resiko atas investasi (modal) mereka ke saham tersebut.
Tentu makin tinggi tingkat resiko dari suatu investasi, maka makin tinggi pula tingkat imbal balik yang diharapakn oleh investor.
Capital Assets Pricing Model (CAPM) adalah suatu model yang digunakan untuk menghitung cost of equity. Model ini menghubungkan required return atas suatu investasi dengan tingkat resiko atas investasi tersebut. Tingkat resiko atas suatu investasi (termasuk saham) diwakili oleh suatu koefisien (beta).
Untuk lebih jelasnya, berikut formula dari CAPM :
Yuk kita tinjau satu persatu komponen Capital Assets Pricing Model (CAPM) :
Risk Free Rate of Return (Rf)
Investasi bebas resiko (risk free investment) – biasanya diukur dengan yield obligasi pemerintah (government bond) fixed rate berjangka 10 tahun, hal ini karena obligasi pemerintah merupakan suatu jenis investasi yang dapat dikatakan (hampir) bebas resiko sepenuhnya.
Untuk case Indonesia, data rate Obligasi Pemerintah ini antara lain dapat dilihat di website Penilai Harga Efek Indonesia (sebelumnya Indonesia Bond Pricing Agency– IBPA), seperti saya kutipkan dibawah ini
Seperti dapat kita lihat pada gambar tersebut diatas, rate Obligasi Pemerintah dengan tenor 10 tahun (pada saat tulisan ini dibuat 26 Februari 2021) adalah 6,774 %.
rate ini lah yang dapat digunakan sebagai acuan Risk Free (Rf) di Indonesia
Beta Coefficient
Beta coefficient adalah suatu ukuran relatif dari tingkat resiko atas aset tertentu (yang tidak terdiversifikasi) terhadap tingkat resiko rata rata aset aset lain nya,
dalam case saham ini dapat diartikan sebagai tingkat volatilitas atau kepekaan suatu saham terhadap pergerakan pasar, di Indonesia pergerakan pasar diwakili IHSG.
- Nilai koefisien beta 1 berarti saham tersebut mempunyai korelasi positif dan bergerak sama persis dengan pergerakan pasar (IHSG), jika katakanlah IHSG bergerak naik 1 %, maka saham dengan nilai beta 1 juga (cenderung) bergerak naik 1% dan sebaliknya.
note : ini kecenderungan rata rata secara statisik ya, tidak berarti setiap saat IHSG naik 1 % saham dengan nilai beta 1 persis naik 1% juga).
- Nilai koefisien beta lebih kecil dari 1 (satu) berarti saham tersebut kurang volatil dibandingkan pasar (IHSG). Saham jenis ini lebih kecil resikonya dibanding pasar, akan tetapi karena resiko berbanding lurus dengan retun, maka tentu potensi return dari saham dengan beta lebih kecil dari satu juga lebih kecil dari rata rata return pasar.
Contoh untuk saham yang mempunyai nilai beta 0,75, jika misalnya IHSG turun 1 %, maka saham ini (cenderung) hanya akan turun sebesar 0,75% dan sebaliknya jika IHSG bergerak naik 1 %, maka saham ini (cenderung) hanya naik 0,75% (saya memakai kata cendrung untuk mengingatkan bahwa ini adalah secara statistik, tidak berarti setiap saat persis demikian)
- Nilai koefisien beta lebih besar dari 1 (satu) berarti saham tersebut lebih volatil dibandingkan pasar (IHSG). Saham jenis ini lebih besar resikonya dibanding pasar. Prinsipnya sama dalam investasi high risk high return , maka disamping resikonya yang lebih tinggi, potensi return dari saham dengan beta lebih besar dari satu juga lebih besar dari rata rata return pasar.
Contoh untuk saham yang mempunyai nilai beta 2, jika misalnya IHSG turun 1 %, maka saham ini (cenderung) turun dua kali lipatnya (2 %) dan sebaliknya jika IHSG bergerak naik 1 %, maka saham ini juga (cenderung) akan naik dua kali lipatnya juga (2 %)
- Bagaimana jika koefisien beta negatif (lebih kecil dari 1)?, itu berarti saham tersebut mempunyai korelasi negatif (berkebalikan) dibanding pergerakan pasar, misalnya jika ada saham dengan nilai beta -2, ketika IHSG naik 1 %, , maka saham tersebut (cenderung) turun 2%, dan sebaliknya jika IHSG misalnya turun 1%, maka saham tersebut (cenderung) naik 2%.
Berikut Rumus atau formula dari beta coefficient tersebut :
atau
Koefisien beta ini mencerminkan tingkat resiko dan expected return (tingkat pengembalian modal yang diharapkan) dari suatu investasi. makin tinggi nilai beta berarti makin tinggi resiko investasi pada aset / perusahaan tersebut, sehingga Investor akan menuntut tingkat pengembalian (return of equity) yang lebih tinggi sebagai kompensasi dari menanggung resiko tersebut.
Data beta coefficient untuk berbagai saham dapat kita peroleh dari beberapa sumber yang menyediakan data data financial seperti Yahoo Finance, Bloomberg atau Reuters, akan tetapi supaya lebih mudah memahami dari mana angka tersebut berasal, yuk kita coba menghitung sendiri koefisien tersebut.
Untuk contoh, saya akan tampilkan cara menghitung beta dari dua Saham, yaitu Telkom (TLKM) dan ANTAM (ANTM)
sebelumnya disclaimer dulu ya: pemilihan dua emiten ini sebagai contoh dalam artikel ini hanya random saja, sekedar untuk lebih memperjelas dan menerapkan teori kedalam praktek. saya tidak bermaksud merekomendasikan atau tidak merekomendasikan pembelian atau penjualan kedua saham yang dijadikan contoh tersebut.
Sebagai sumber data, dalam contoh ini kita gunakan Yahoo Finance, kita bisa mendownload data historis transaksi berbagai saham dan juga indeks pasar nya, ( termasuk IHSG) disini.
Untuk lebih jelas, saya tampilkan pada gambar dibawah ini :
Pertama, untuk Telkom, ketikkan kode emiten Telkom (TLKM) pada kolom search, lalu di Tab. Historical Data, pada time period kita tentukan periode pengambilan data, kita ambil data selama 5 tahun, (bisa pilih 5 Y, tetapi saya menyarankan dipilih manual tanggal nya, pada case ini, saya melakukan pengambilan data di akhir Feb 2021, saya pilih periode pengambilan data 5 tahun yaitu 1 Feb 2016 – 1 Feb 2021).
kemudian pada kolom Frequency pilih yang “Monthly“
Lalu klik “Apply” kemudian “download “, data akan terdownload ke komputer kita dalam format .csv, kita dapat mengkonversinya ke format excel (pada excel pilih import, dan ikuti langkah langkah nya). dibawah ini adalah contoh tampilan data tersebut yang sudah di-konversi ke excel :
Data Historis Saham Antam (ANTM) dan juga saham saham lainnya dapat di-download di Yahoo Finance dengan cara yang sama.
Berikut nya kita membutuhkan pembanding data pasar, silahkan download juga data historis IHSG – Jakarta Composite Index (kode nya ^JKSE pada Yahoo Finance)
dari data tersebut kita olah sedikit, ambil data close nya saja pada setiap bulan, kemudian hitung retun nya.
Untuk menghitung return pada bulan tertentu, katakanlah bulan n, gunakan rumus sederhana berikut  :
Susun data nya berdampingan antara data return saham yang akan kita hitung nilai betanya dengan data return pasar (IHSG), kemudian kita hitung beta coefficient nya menggunakan rumus diatas. Untuk lebih jelas, berikut dibawah ini saya tampilkan data yang telah saya susun dan hitung :
Ini karena data nya panjang (sampai 60 row), untuk kemudahan tampilan saya potong ya, hanya menunjukkan tiga baris data pertama dan tiga baris data terakhir..
Perhitungan dengan kedua rumus diatas (rumus covariance atau rumus slope) menunjukkan hasil yang kurang lebih sama.
Nilai beta Telkom pada saat data diperoleh (Februari 2021), dengan rumus Covariance adalah 0,80, dan dengan rumus Slope adalah 0,81
Dengan cara yang sama, kita hitung beta coefficient untuk Antam, hasilnya saya tunjukkan seperti gambar dibawah ini :
Nilai beta Antam pada saat data diperoleh (Februari 2021), dengan rumus Covariance adalah 2,25 dan dengan rumus Slope adalah 2,28
Oke, sekarang coba kita bandingkan perhitungan diatas dengan data beta coeffcient dari sumber lainnya yang menyediakan data data financial, misalnya dalam case ini, saya bandingkan dengan Reuters, berikut saya kutipkan nilai beta Telkom (TLKM) dan Antam (ANTM) dari website Reuters pada tanggal yang sama dengan perhitungan tersebut diatas dilakukan :
Dapat kita lihat bahwa nilai beta untuk kedua perusahaan tersebut versi Reuters sama persis dengan perhitungan manual yang kita lakukan (dengan rumus slope), yaitu 0,81 untuk Telkom (TLKM) dan 2,28 untuk Antam (ANTM).
Nilai beta untuk perusahaan yang bergerak dibidang komoditas (pertambangan atau perkebunan misallnya) cendrung akan tinggi, karena harga komoditas yang fluktuatif.
Nilai beta ini bisa saja berbeda antar bebeberapa sumber, hal ini mungkin dikarenakan perbedaan durasi data yang digunakan untuk perhitungan dan atau data/ asumsi yang dipakai.
Jika anda seorang investor saham. Anda dapat aplikasikan pemahaman mengenai beta coefficient ini dalam menyusun portfolio investasi saham, menyesuaikan dengan karakteristik anda dalam mengambil resiko.
Coba cari nilai beta dari saham saham yang anda miliki, kemudian hitung rata rata tertimbang (weighted average) nya terhadap nilai masing masing saham. ayo apakah nilainya lebih besar dari 1 atau kurang dari 1?Â
(gak ada yang salah atau benar), Â jika anda adalah typikal pemberani (risk taker) yang bertekad mengalahkan return pasar, maka tidak masalah jika anda lebih banyak memilih saham dengan beta lebih dari 1, akan tetapi jika anda termasuk typikal yang suka cari aman (safety player), sebaiknya rata rata tertimbang beta coefficient dari portfolio saham anda berkisar di angka satu.
Market Return (rm)
Market Retun adalah tingkat pengembalian dari Pasar, dalam case Indonesia, adalah return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau dikenal juga dengan istilah Indonesia Composite Index (ICI).
Mari kita lihat berapa return tahunan IHSG dalam 21 tahun terakhir pada tabel dibawah ini :
Secara rata rata aritmatik, return tahunan IHSG (1999-2020) adalah 15,8 %
Ini memberikan gambaran kasar Market Return Saham di Indonesia.
Untuk menghitung rata rata return dari suatu investasi biasanya digunakan rata rata geometrik (yang memperhitungkan faktor bunga berbunga atau compounding effect).
Rumus rata rata geometrik adalah sebagai berikut :
“waduh, ribet ya?” 🙂
tapi jangan khawatir dengan bantuan program spreadsheet seperti microsoft excel kita dapat menghitung rata rata geometrik dengan mudah,
cukup dengan formula   =GEOMEAN(range-data).
Yuk kita coba hitung Market Return IHSG dengan rata rata Geometrik
Pertama, kita download dulu di Yahoo Finance data historis bulanan IHSG pada periode yang diinginkan, misalnya periode 1999-2020 (supaya bisa kita bandingkan dengan rata rata aritmatik return tahunan seperti tabel diatas).
cara download data nya sama seperti yang sudah dijelaskan diatas.
Kemudian kita olah sebagai berikut :
- dari data close setiap bulan kita hitung return nya (close bulan tersebut dikurang close bulan sebelumnya lalu dibagi close bulan sebelumnya)
- untuk menghitung rata rata geometrik, data harus positif, oleh karena itu semua data return per bulan tersebut kita tambah 1
- kita hitung dengan menggunakan formula rata rata geometrik, di excel cukup ketik kan =GEOMEAN(range-data)
- karena tadi datanya kita tambah satu, kita kembalikan lagi hasilnya dengan dikurangi 1, ini adalah rata rata return gemometrik bulanan dari IHSG pada periode 1999-2020 (yaitu sebesar 1,02 %)
- kemudian kita setahun kan (annualized) dengan formula berikut :
sehingga menghasilkan rata rata geometrik tahunan IHSG sebesar 12,98 %
Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Security Market Line
Dari perhitungan yang telah kita lakukan tersebut, kita memperoleh angka angka sebagai berikut :
- Risk Free  (Rf) = 6,774%
- Market Return = (rm) = 12,98%
Jika kita masukkan kedua data diatas pada rumus CAPM :
dan kita gambarkan pada sebuah grafik dengan required return (rs) sebagai sumbu y dan beta coefficient sebagai sumbu x, maka kita akan peroleh suatu grafik yang disebut Security Market Line (SML), dengan Risk Free (Rf) sebagai intercept (titik potong grafik dengan sumbu y) nya.
Selisih Market Return = (rm) dan Risk Free  (Rf) = 12,98 % – 6,774% = 6,21 % disebut Market Risk Premium
Untuk lebih jelasnya mari kita lihat grafik dibawah ini :
Karena kita menggunakan data Risk Free Indonesia (dari rate Obligasi Pemerintah 10 Tahun per 26 Feb 2021) dan data Market Return dari IHSG (rata rata geometrik periode 1999-2021), maka Security Market Line (SML) diatas berlaku untuk seluruh saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
dengan catatan grafik ini valid pada periode waktu terbatas  (data di-olah pada feb 2021). Grafik akan berubah jika rate obligasi Pemerintah nya berubah dan juga jika asumsi, periode pengambilan data dan metode yang digunakan dalam menghitung market retun dari IHSG nya juga berbeda.
jadi jika anda membaca artikel ini pada tahun 2025 misalnya, silahkan hitung ulang Risk Free (Rf) dan Market Return (rm) di Indonesia sesuai kondisi saat itu ya 🙂
Dengan data Risk Free (Rf) dan Market Return (rm) Indonesia ini, kita dapat menghitung required return atau cost of equity dari berbagai Perusahaan (yang terdaftar di BEI). Â
Cukup dapatkan nilai beta saham yang ingin dicari cost of equity nya di sumber sumber yang menyediakan data financial seperti Reuters, Bloomberg atau Yahoo Finance, atau hitung sendiri dengan cara seperti saya jelaskan tadi, kemudian masukkan ke formula cost of equity dengan nilai Risk Free (Rf) dan Market Return (rm) Â seperti tersebut diatas.
Untuk contoh, mari kita coba hitung cost of equity Telkom dan Antam dari data beta yang sudah kita hitung sebelum nya.
beta coeefficient untuk Telkom (TLKM) = 0,81, dan untuk Antam (ANTM) = 2,28
Kita masukkan data data tersebut kedalam rumus CAPM (Capital Assets Pricing Model) , maka akan kita peroleh  :
-
- rs (required return atau cost of equity) Telkom (TLKM) = 6,774% + [0,81*(12,98%-6,774%)} = 11,80%
- rs (required return  atau cost of equity) Antam (ANTM) = 6,774% + [2,28*(12,98%-6,774%)} = 20,92%
Supaya lebih clear, kita bisa masukkan juga kedua nilai tadi pada grafik Security Market Line (SML), seperti gambar dibawah ini :
dari grafik diatas kita juga bisa mengambil kesimpulan, jika beta coefficient suatu perusahaan sama dengan 1 (satu), maka cost of equity nya akan sama persis dengan Market Risk Premium (6,21 % dalam case ini) , sementara jika beta coefficient nya lebih besar dari satu maka cost of equity juga akan lebih besar dari Market Risk Premium dan sebaliknya.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, cost of equity dari perusahaan dengan koefisien beta tinggi tentu akan lebih tinggi daripada perusahaan dengan saham yang memiliki nilai beta lebih kecil, ini karena expected return berbanding lurus dengan risk (ingat adagium dalam dunia investasi : high risk high return)
Selanjutnya cost of equity yang kita hitung dengan metode CAPM ini, mempunyai manfaat lebih lanjut karena ia merupakan bagian dari Weighted Average Cost of Capital (WACC).
WACC ini adalah rata rata tertimbang dari biaya modal perusahaan yang sangat bermanfaat dalam menentukan keputusan investasi dan valuasi saham perusahaan.
Baca juga artikel saya yang menjelaskan mengenai cost of debt (komponen lain pembentuk WACC), perhitungan WACC dan Valuasi Saham Perusahaan berikut :
Cara Menghitung Cost of Debt Perusahaan
Memahami Perhitungan Weighted Average Cost Of Capital (WACC)
Yuk Belajar Valuasi Saham Dengan Berbagai Metode
Jika ada pertanyaan, masukan dan saran, jangan ragu ragu untuk disampaikan pada kolom komentar dibawah ini ya.
Source :
- Lawrence J Gitman & Chad J.Zutter, “Principles of Managerial Finance” 13th Edition
- Yahoo Finance
- Investopedia.com
This post is also available in: English
hallo kak, saya mau bertanya kalo saya mau menghitung cost of equity dengan capm untuk data 2017, berarti saya menggunakan share prices dari january -december 2017 atau bagaimana ya kak? terimakasih
hallo Eve,
maksudnya share price untuk menghitung beta coefficient nya ya?
untuk beta coefficient makin panjang periode data nya akan semakin bagus, kalau dalam contoh ini saya menggunakan data share prices 5 tahun, jadi untuk menghitung CAPM 2017, bisa menggunakan data share price dari tahun 2012,
biasanya sih nilai beta coefficient ini relatif stabil, kecuali terjadi perubahan bisnis yang signifikant di perusahaan tersebut.
kalau untuk Risk Free nya, bisa menggunakan data government bond rate di tahun tersebut (2017)
Demikian, semoga jawabannya dapat membantu ya..
Hallo menarik membaca penjelasan ini, tapi ada 2 hal yang mau saya tanyakan
1. apakah cost of equity sama dengan cost of equity capital?
2. apakah rumus dan perhitungannya sama antara cost of equity dengan cost of equity capital
mohon pencerahannya. terima kasih
Hallo Aman
maksudnya cost of capital ya?
jika yang dimaksud cost of capital, itu berbeda dengan cost of equity
cost of equity adalah imbal balik (required return) yang diharapkan oleh pemilik perusahaan (owners) atas investasi mereka diperusahaan tersebut
sedangkan
cost of capital adalah biaya yang harus dibayar oleh suatu perusahaan dalam rangka mendapatkan modal (baru).
Untuk mendapatkan modal (baru), perusahaan dapat meminjam uang dan atau menjual/menerbitkan saham (baru), jadi cost of capital merupakan kombinasi dari cost of debt dan cost of equity
Rumus perhitungan cost of capital menggunakan formula weighted average cost of capital (WACC), rumus ini saya uraikan detail dalam artikel saya berjudul : Memahami Perhitungan Weighted Average Cost Of Capital
Demikian, semoga dapat membantu mencerahkan ya 🙂