Bagi banyak orang (termasuk saya), masa masa kuliah adalah salah satu masa masa paling indah dalam hidup, bisa dikatakan suatu periode terbaik yang berperan penting dalam tahapan kehidupan selanjutnya.
Selain menimba ilmu secara teknis, empat sampai lima tahun waktu kuliah juga merupakan kesempatan emas untuk mengasah soft skills yang sangat diperlukan dalam dunia kerja dan kehidupan sosial.
Soft skills ini keterampilan non-teknis yang perlu dilatih. Kita tidak bisa memiliki kemampuan komunikasi yang bagus misalnya hanya dengan membaca teorinya dari buku, begitu juga interpersonal skills, leadership, team work dan keterampilan non teknis lainnya yang membutuhkan pengalaman langsung di dunia nyata agar dapat dikuasai dengan baik.
Artikel ini saya buat sebenarnya karena saya diundang oleh Ikatan Mahasiswa Teknik Kimia Universitas Sriwijaya (IMATEK UNSRI) sebagai pembicara pada acara Pelatihan Pengembangan Organisasi Kepemimpinan (PPOK) 21 Maret 2021.
Saya pikir selain dalam bentuk presentasi, akan lebih baik jika saya siapkan juga materi dalam bentuk artikel di web saya. Mudah mudahan bisa bermanfaat buat lebih banyak mahasiswa yang tidak sempat hadir di acara tersebut, termasuk juga mahasiswa lain nya diluar Teknik Kimia UNSRI.
Mengapa Soft Skills itu Penting
btw, kenapa harus repot repot melatih soft skills ya? bukannya IPK yang lebih penting?
Iya IPK memang penting, IPK yang bagus adalah pra-syarat pertama yang membuat anda dapat lolos seleksi tahap awal dalam mencari pekerjaan, tetapi itu saja tidak cukup..
Perusahaan mencari pekerja yang tidak saja pintar secara teknis, tetapi juga menguasai berbagai kemampuan non teknis yang dibutuhkan untuk mendukung suksesnya perusahaan tersebut.
Bill Coplin dalam bukunya “10 Things Employers Want You to Learn In College”, mengutip suatu  daftar yang di publikasikan “National Association of College and Employee (NACE) di Amerika di tahun 2010, daftar ini berisi 20 skills yang dicari oleh Perusahaan dari calon pekerja nya, sebagai berikut :

Source Bill Coplin “10 Things Employers Want You to Learn In College”, – NACE Amerika 2010
Tentu list tersebut dapat berubah urutannya seiring waktu, tetapi kurang lebih keterampilan non teknis seperti itu lah yang dicari oleh berbagai Perusahaan dari calon pekerja nya.
Bill Coplin sendiri, berdasarkan pengalaman nya selama 45 tahun sebagai konsultan, diskusi dengan banyak expert di bidang rekruitmen pekerja, human resources spesialist dan alumni alumni perguruan tinggi yang sukses, telah mengindentifikasi 10 kelompok soft skills yang diperlukan untuk sukses di dunia kerja, seperti saya rangkum pada gambar dibawah ini :

Bill Coplin – “10 Things Employers Want You to Learn In College”
Dalam banyak tes yang akan kalian hadapi saat mencari pekerjaan, baik tes tertulis maupun wawancara, sebagian besar akan mengukur kemampuan non-teknis ini.
Cara terbaik yang dapat dilakukan Mahasiswa untuk mengasah soft skills adalah dengan berorganisasi. Ikuti Himpunan Mahasiswa, bisa di tingkat jurusan, fakultas, universitas atau bisa juga antar universitas.
Bukan hanya diperlukan sebagai bekal untuk dapat masuk ke dunia kerja, begitu sudah masuk pun, keterampilan keterampilan non teknis ini diperlukan untuk dapat survive dan sukses dalam meniti tangga karir.
Saya merasakan sendiri, dalam dunia kerja, pengalaman berorganisasi saat menjadi mahasiswa sangat berperan dalam mendukung karir saya. Dan saya juga menyaksikan bahwa sebagian besar pekerja yang sukses mendaki puncak karier adalah pekerja pekerja yang menguasai keterampilan non-teknis (soft skills) dengan baik.
Jika kalian saat ini masih menjadi mahasiswa/i, mari manfaatkan waktu sebaik-baiknya. Â
Sayang sekali kalau kalian menghabiskan periode berharga ini hanya dengan belajar hal teknis, selesai jam kuliah langsung pulang ke rumah (atau sekedar nonkrong di mal? ). Â
Ayo nikmati masa masa terbaik dalam hidup ini dengan berbagai kegiatan positif yang indah untuk dikenang.
Siapa tau, dengan aktif berorganisasi, selain dapat melatih soft skills, juga dapat efek samping lainnya, misalnya bertemu jodoh di Himpunan.
Karena survey “danieel.id” membuktikan, 60 % lebih orang yang beruntung diberi kesempatan mengecap perguruan tinggi, akhirnya menemukan pasangan hidup di bangku kuliah (termasuk saya 🙂 )
Apa saja keterampilan non teknis (soft skills) yang penting sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja?
Saya pilih kan kan 10 soft skills yang paling penting menurut saya untuk diasah mahasiswa dengan berogranisasi, dilengkapi dengan berbagai cerita dari pengalaman saya sendiri.
Tidak semuanya success story, karena belajar dari pengalaman itu juga mencangkup pelajaran dari kegagalan..
Memang di masa pandemi seperti sekarang ini, tidak semuanya bisa relevan dan mudah untuk diterapkan seperti di zaman normal. Mahasiswa harus kreatif menyesuaikan cara ber-organisasi sesuai keadaan. Mudah mudahan pandemi ini segera berlalu, sehingga kalian bisa menikmati masa masa perkuliahan yang lebih indah, dengan segala dinamika organisasi kemahasiswaan nya..
Yuk mari kita simak :
1Â Communication Skills

Communication skills (kemampuan berkomunikasi) adalah salah satu soft  skills penting yang dapat diasah dengan berorganisasi.
Memang ada orang yang punya bakat lebih baik terkait kemampuan yang satu ini, bawaan lahir udah ‘nyenyes” kalau kata orang Palembang 🙂
Tetapi bagi sebagian orang mengungkapkan pendapat atau ide dengan runtun dan jelas adalah suatu tantangan tersendiri.
Sebagian lain bahkan ada yang benar benar demam panggung, grogi, dan keluar keringat dingin kalau harus berbicara di depan umum.
Ada juga yang typikal percaya diri tinggi, banyak bicara, tetapi tidak sistematis. Sekalinya diberi kesempatan pidato di depan umum, melantur dan melebar kemana mana, tidak fokus pada inti pesan yang mau di sampaikan.
(ingat kemampuan komunikasi beda dengan kemampuan bicara ya 🙂 )
Kemampuan komunikasi lebih ke bagaimana kita secara efektif dapat menyampaikan pesan dan pesan tersebut dapat dipahami dengan baik oleh lawan bicara / audiens.
Dengan berorganisasi, anda akan punya kesempatan melatih kemampuan komunikasi dengan audiens yang beragam, tidak hanya dengan teman sebaya, tetapi juga dengan senior, yunior, dosen pembina, ketua jurusan, Dekan atau bahkan Rektor dalam kaitan dengan urusan organisasi anda.
Itu baru di lingkungan internal kampus, kalau anda dibagian Humas, atau organisasi anda mengadakan suatu acara dengan skala yang cukup besar, tentu eksposure nya menjadi lebih luas.
Saya waktu di organisasi ke-mahasiswaan, Alhamdulillah berkesempatan audiensi dengan Gubernur (pada waktu itu dalam rangka mengurus Seminar Nasional di Kampus), dan beberapa pimpinan Perusahaan, baik BUMN / BUMD/ Swasta yang ada di daerah saya (Sumatera Selatan) dalam rangka mencari sponsorship pada berbagai kegiatan.
Cara kita berbicara dengan teman sebaya tentu berbeda dengan cara dan sikap kita saat berbicara dengan orang yang lebih senior atau pimpinan formal suatu lembaga yang dihormati.
Pengalaman audiensi dengan berbagai pimpinan lembaga tersebut sangat membantu di dunia kerja, ketika kita harus menghadapi pimpinan di perusahaan yang secara struktur beberapa level diatas kita, atau jika kita ada adalam suatu posisi yang mengharuskan untuk berkoordinasi dengan pimpinan daerah atau perusahaan/institusi lainnya.
Ketika ditempatkan di suatu unit usaha tertentu di perusahaan saya. Saya pernah berkesempatan mewawancarai beberapa pelamar pekerjaan.
Saya berhadapan langsung pada beberapa type pelamar. Ada yang kalau dilihat dari IPK nya bagus, akan tetapi di sesi wawancara sangat gugup, berkeringat dingin, tidak bisa bercerita atau menjawab pertanyaan dengan lugas dan pilihan diksi nya buruk.
Dan juga ada yang sebaliknya, dilihat dari sisi IPK biasa biasa saja, tetapi di sesi wawancara sangat mengesankan, mampu menjawab pertanyaan dengan bahasa yang sistematis dan jelas, memilih diksi yang tepat dan sopan, dan tampil lebih rileks dan ceria.
Type yang kedua ini hampir pasti jam terbang organisasi nya lebih tinggi dari yang pertama. Jika harus memilih, walau katakanlah secara kemapuan teknis pelamar type pertama sedikit lebih baik dari pelamar kedua, akan tetapi saya (dan juga sepertinya pengambil keputusan dalam penerimaan pegawai lainnya) akan cendrung memilih pelamar type kedua.
Rugi dong, mahasiswa, kalau anda hanya fokus ke kamampuan teknis, punya IPK tinggi, tetapi ntar kalah bersaing dalam mencari kerja dan berkarir dengan aktivis organisasi..
Dan anda yang aktivis organisasi, jangan senang dulu, jangan cuma sibuk di Himpunan, belajar juga atuh, raih IPK sebaik mungkin,
karena sebagus apapun soft skills anda, kalau IPK nya kekecilan yah nggak akan sampai dapat panggilan wawancara juga 🙂
So, yang seimbang ya guys..
2. Teamwork Skills

Teamwork skills (kemampuan bekerjasama dalam tim) adalah salah satu keterampilan paling penting yang menjadi prasyarat utama dalam penerimaan pegawai di banyak Perusahaan
(coba saja lihat iklan iklan lowongan kerja, banyak yang mencantumkan soft skills ini sebagai salah satu kriteria yang dibutuhkan).
Dan mereka benar benar melakukan tes untuk mengukur kemampuan kerjasama team para pelamar. Salah satu tes yang paling umum terkait ini adalah leaderless group discussion
(saya juga mengikuti tes ini waktu penerimaan pegawai di dulu, dan juga pada beberapa assesment dalam perjalanan karir berikut nya)
di tes ini kita ditempatkan pada group kecil (sekitar 5-7 orang), diberikan topik tertentu untuk dipecahkan bersama sama, kemudian diminta berdiskusi untuk mencari kesepakatan solusi atas permasalahan yang diberikan tersebut.
tidak ada pemimpin yang ditunjuk di group tersebut, setiap peseta bebas mengemukakan pendapatnya. satu atau dua asssesor mengamati dan menilai performance setiap individu dalam diskusi tersebut..
Nah disini menariknya, kemampuan kerjasama team kita benar benar diuji dalam tes model gini.
Tidak ada pedoman khusus, apakah harus mendominasi jalannya diskusi, atau kah hanya duduk manis dan setuju setuju saja atas apapun pendapat peserta lain dalam diskusi.
Menurut saya yang dicari assesor dalam tes seperti ini bukanlah yang paling dominan dalam menguasai jalannya diskusi, terus menerus menginterupsi lawan bicara untuk mendesakkan ide atau pendapat kita, dan juga sebaliknya tidak bisa juga terlalu pasif dan ikut arus jalannya perdebatan.
Yang ideal jika kita bisa seimbang antara mengemukakan pendapat, Â mendengarkan pendapat orang lain, mengusulkan jalan tengah, dan membantu merangkum jalannya diskusi.
Inti nya adalah bagaimana kita dapat memerankan diri dengan baik sebagai anggota team, mendorong kerjasama dan berkontribusi dalam mencapai kesepakatan bersama.
Keterampilan ini tidak ada di mata kuliah mana pun, dan tidak bisa dipelajari hanya dengan membaca buku buku teori.
Kemampuan bekerjasama dalam team hanya dapat di asah dengan ber-organisasi.
Anda tidak dapat hebat sendiri, yang lebih penting adalah bagaimana mengoptimalkan kekuatan team untuk mencapai tujuan bersama.
Terkadang ada waktunya kita memanfaatkan kesempatan yang ada untuk menjual ide ide kita, meyakinkan orang lain untuk mendukung, dan meminta team untuk membantu eksekusi ide ide kita tersebut.
Di kesempatan yang lain kita yang harus mengalah, membiarkan ide orang lain menang (walau kita gak sepenuhnya sependapat), dan membantu eksekusi program kerja orang lain.
Di sini lah letak seni nya dalam teamwork, bagaimana kita bekerjasama dan berkontribusi semaksimal mungkin dalam pencapaian tujuan bersama organisasi.
3. Interpersonal Skills

Interpersonal Skills adalah kemampuan untuk membangun dan menjaga hubungan yang efektif dengan orang lain pada berbagai keadaan dan situasi.
Keterampilan ini terkait dengan EQ (Emotional Quotient) atau kecerdasan emosi. Bagaimana kita memahami perasaan orang lain, memiliki emphaty, dan bagaimana menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam keseharian pergaulan kita dengan baik.
Orang dengan interpersonal skills yang baik, biasanya adalah orang yang di sukai lingkungan, orang dengan kepribadian hangat dan ramah, banyak teman, dimana kehadirannya ditunggu, dan ketidak-hadirannya dirindu.
(setidaknya kita jangan sampe sebaliknya aja deh, dimana kehadiran kita dianggap mengganggu, bikin sebel orang, dan tidak ada yang peduli ketika kita tidak hadir 🙂 )
Walaupun sebenarnya Interpersonal Skills adalah lebih ke kepribadian yang melekat dan karakter bawaan yang tumbuh bersama kita sedari kecil, organisasi kemahasiswaan memberi kita kesempatan untuk memgasah keterampilan ini.
Di organisasi, kita akan banyak berinteraksi dengan orang lain, dunia nyata tidak seindah dongeng, tidak semua interaksi itu positif. Anda kadang bertemu orang lain yang dengan mudah anda dapat ajak bekerjasama, tetapi tentu tidak selalu demikian, ada kalanya orang lain dalam organisasi anda menganggap anda sebagai ancaman. Â
Atau bisa sebaliknya, bisa jadi malah anda yang menganggap seorang teman sebagai saingan yag mengganggu ambisi anda untuk meraih jabatan ketua himpunan, atau ketua department tertentu dalam organisasi.
Dari sini biasanya akan faksi faksi atau geng-geng-an, kelompok pro ini dan kempok kontra itu itu. Ada kelompok yang lebih suka kegiatan kegiatan keagamaan, ada pula kelompok yang lebih suka kegiatan seni atau olahraga misalnya.
Pada keadaan demikian, kita dituntut untuk bijaksana, menyelesaikan konflik dengan kepala dingin, tetap berteman walau berbeda pendapat, dan tetap menjalin hubungan baik dengan berbagai kelompok dalam organisasi.
Saya pernah dihadapkan pada konflik yang cukup menarik di organisasi kemahasiswaan. Saat itu tahun ketiga saya kuliah, dan biasanya tahun ketiga ini adalah tahun puncak dalam karir organisasi kemahasiswaan (sebelum kemudian akan fokus ke skripsi dan persiapan sidang sarjana di tahun keempat)
Setelah dua tahun aktif dalam berbagai kegiatan organisasi himpunan, saya merasa saya adalah kandidat yang paling layak di angkatan saya (1999) untuk menjabat ketua himpunan (tetapi sayang nya 6 teman lain di angkatan saya juga merasa mereka yang paling layak 🙂 )
Masalahnya adalah, angkatan dibawah kami (2000) kompak mencalonkan satu calon untuk menantang kakak tingkatnya
Jika kami bertujuh tidak ada yang mau mengalah dan maju bersama menghadapi calon tunggal dari angkatan 2000 tersebut, hampir bisa dipastikan angkatan kami akan kalah, dan beresiko akan tercatat dalam sejarah himpunan sebagai satu dari sedikit sekali angkatan yang tidak berhasil memegang ketua himpunan 🙂
So, bagaimana dong?,
saya berada di posisi yang sulit, di satu sisi tentu berat untuk melepaskan peluang menjadi ketua himpunan, disisi lain saya juga di bayangi oleh kemungkinan memalukan jika angkatan saya dikalahkan adik tingkat ..
Kemudian kami bertujuh, calon calon ketua himpunan dari angkatan 1999 berdiskusi, berkompromi mencari jalan keluar,
akhirnya 6 orang mengalah (termasuk saya), dan kami sepakat juga mengajukan calon tunggal untuk menghadapi penantang berat dari angkatan lawan.
Kami ber enam kemudian berkoalisi, kampanye bersama untuk memenangkan calon tunggal angkatan 1999, nama baik angkatan lebih penting dari ego pribadi masing masing dari kami.
Cerita ini kemudian berakhir happy ending, calon angkatan kami menang, dan angkatan 1999 tidak jadi masuk rekor buruk angkatan yang di langkahi dalam kepemimpinan himpunan.
Setelah itu pun kami tetap menjalin berhubungan baik sampai sekarang, termasuk dengan calon tunggal angkatan lawan, yang membuat ambisi ambisi pribadi kami berantakan 🙂
Ini sekedar cerita bagaimana kita dapat belajar resolusi konflik dalam beroganisasi. Ada saat nya untuk berkeras maju, ada saat nya untuk mengalah. Â
Dinamika yang tidak dapat dipelajri di bangku kuliah, melainkan hanya dapat di lalui dengan berkecimpung di organisasi kemahasiswaan.
Kemampuan menjalin dan mempertahankan hubungan baik dengan banyak orang ini sangat penting dalam dunia kerja, istilah lainnya “networking“.
Kita  tidak tahu teman baik kita yang mana yang kemudian nanti pada suatu saat akan membantu karir kita. Semakin banyak kita menjalin relasi, semakin mudah kita dalam membangun karir secara positif.
4. Responsibility

Organisasi melatih anda untuk ber tanggung jawab atas suatu pekerjaan.
Sekali anda commit untuk menerima jabatan, baik itu di kepanitian suatu kegiatan, atau di suatu kepengurusan pada struktur Himpunan, anda ber-tanggung jawab untuk melaksanakan tugas itu dengan sebaik baiknya.
Contoh hal kecil, anda ditunjuk menjadi ketua seksi konsumsi di suatu kegiatan kecil, sekali anda menerima, anda bertanggung jawab menuntaskan tugas itu, mengkoordinasikan segala hal terkait bagaimana menyediakan konsumsi dengan jumlah yang cukup, pada waktu yang dibutuhkan, dan dengan kualitas yang memuaskan sesuai dengan budget yang tersedia.
Tetapi seringkali tidak sesederhana itu, sebagian orang menerima suatu jabatan tertentu di organisasi, tetapi tidak melakukan apapun sampai periode kepengurusan nya selesai. Disini sebenarnya komitmen dan tanggung jawab seseorang diuji.
Tanggung Jawab erat kaitannya dengan integritas, semangat kerja yang tinggi dan self motivation. bagaimana kita mampu memotivasi diri sendiri untuk mengerjakan sesuatu yang menjadi tanggung jawab kita.
Ini bisa dilihat dalam kehidupan keseharian juga, mahasiswa yang bermalas malasan, tidak segera menyelesaikan skripsi nya tepat waktu misalnya, adalah contoh mahasiswa yang tidak bertanggung jawab terhadap diri nya sendiri, dengan kata lain tidak bertanggung jawab terhadap masa depan nya sendiri.
Jika terhadap diri nya sendiri saja dia tidak bisa bertanggung jawab, bagaimana dia bisa berharap suatu Perusahaan akan memberikan tanggung jawab kepada dirinya?
Seringkali terdapat situasi dalam kehidupan keseharian, dimana terdapat kepentingan bersama dalam kelompok yang perlu di selesaikan, yang memerlukan volunteer untuk mengerjakannya.
Sebagian orang yang terbiasa berorganisasi biasanya akan merasa terpanggil untuk mengambil tanggung jawab, sementara sebagian lagi biasanya akan pasif, cuek, bahkan berupaya mengelak.
Soft skills responsibility yang dapat diasah dalam organisasi ini, mudah terlihat dalam wawancara kerja. Pewawancara senior biasanya akan dapat membedakan mana mana pelamar yang berkomitmen, punya semangat kerja tinggi, dan terbiasa mengambil tanggung jawab, Â dengan pelamar kerja yang punya karakter sebaliknya.
Rasa tanggung jawab ini juga menentukan profesionalitas dalam bekerja. Pekerja yang punya rasa tanggung-jawab yang tinggi akan bekerja sebaik mungkin menyelesaikan apa yang menjadi tanggung-jawabnya, walau tanpa pengawasan dari atasan, dan sebaliknya ada juga sebagian pekerja yang lebih sering ter-distract waktu kerja nya dengan hal hal lain diluar pekerjaan, misalnya dengan shopping online, main game, kebanyakan mengobrol, atau mengambil waktu makan siang terlalu lama.
Dalam bukunya 10 Things Employers Want You To Learn In College, Bill Coplin mengutip pernyataan seorang senior vice president dari salah satu perusahaan terkemuka di dunia sebagai berikut :
If I had to police everyone in order to get job done, it’d be faster for me to it myself. I want someone who will get the job done and get it done right. An employee needs to be a self-starter and self-driven. If I have to tell them what to do, they haven’t done it.”
5. Leadership Skills

Organisasi kemahasiswaan memberi anda kesempatan untuk memimpin. Mulai dari memimpin kelompok kecil divisi tertentu di kepanitian suatu kegiatan, menjadi ketua panitia suatu event, ketua divisi / department tertentu di struktur organisasi Himpunan, sampai menjadi ketua himpunan tingkat jurusan, fakultas atau universitas.
Ini semacam jenjang karir dalam organisasi di perusahaan, anda perlu merintis dari bawah. Di tahun Pertama kuliah sebagai mahasiswa paling yunior, anda mungkin diminta membantu di level terbawah dengan menjadi anggota panitia suatu kegiatan kecil, seiring waktu jam terbang anda bertambah, di tahun kedua anda bisa mulai memimpin para yunior anda, dan seterusnya.
Tidak perlu selalu harus mencapai puncak, menjadi ketua panitia suatu kegiatan sudah cukup memberi anda exposure memimpin orang lain. Di sini keterampilan leadership anda mulai terasah, anda mulai terbiasa bagaimana cara yang tepat dalam membagi tugas, bagaimana memberi perintah yang efektif, halus, sopan sekaligus juga tegas.
Memimpin suatu bagian di organisasi kemahasiswaan, bahkan sebenarnya lebih menantang dibanding  memimpin sub bagian di Perusahaan.
Di organisasi kemahasiswaan anda memiliki lebih sedikit power, anda tidak memberi gaji anak buah anda, anda tidak bisa memecat mereka dari mahasiwa (kalau pun anda pecat mereka dari kepanitiaan atau struktur organisasi kemahasiswaan, biasanya mereka tidak akan terlalu peduli 🙂Â
“Jadi, apa yang membuat mereka harus mendengarkan dan menuruti perintah anda?”
Disini-lah seni dalam beroganisasi, interpersonal skills, cara memberi perintah, kharisma dan wibawa personal sangat menentukan.
Wibawa seorang pemimpin terpancar dari bagaimana dia mengambil keputusan, ada saat nya harus mendengarkan banyak masukan, ada saat nya kita harus cepat memilih alternatif, mengambil resiko secara terukur dan bertanggung jawab atas keputusan yang sudah dibuat.
Ada suatu peristiwa terkait ini yang saya masih ingat sampai sekarang, bagaimana tegas dan wibawa nya seorang Ketua Himpunan.
Saat itu awal tahun kedua saya sebagai mahasiswa, yang menjadi ketua Himpunan adalah dua angkatan di atas saya.
Sebagai suatu tradisi tahunan di jurusan saya untuk menyambut mahasiswa baru, ada suatu acara malam keakraban antar mahasiswa yang menjadi tugas angkatan baru untuk mengadakannya, namanya “Inagurasi“
Satu minggu sebelum hari H, poster dan pamflet undangan sudah di pasang di beberapa ruas dinding kelas perkuliahan.
Tiba tiba ada sekelompok mahasiswa yang mencabut poster tersebut, kelompok ini berpendapat, acara belum dipersiapkan dengan matang, dan meminta panitia (mahasiswa baru) untuk menunda kegiatan tersebut.
Mengetahui hal ini, Sang Ketua Himpunan marah, karena merasa dilangkahi. Dia lalu berdiri di selasar – depan ruang ruang kelas perkuliahan dan berpidato singkat, kurang lebih begini
“ini siapa yang memerintahkan mencabut poster tanpa izin saya?, tidak boleh ada suatu acara yang sudah diumumkan ditunda tiba tiba tanpa alasan yang jelas, Â Siap tidak siap, acara Inagurasi akan tetap berlangsung di hari H, Jam J, Siapa yang mau ikut, ayo bareng saya, siapa yang tidak mau ikut silahkan!!”..
Pidato yang singkat padat, jelas, tegas dan berwibawa.
Suatu peristiwa kecil memang, tetapi ini suatu peristiwa kecil yang membekas dalam ingatan saya, saya kagum dan banyak belajar dari sang ketua himpunan tersebut.
Akhir dari cerita ini juga happy ending, tidak ada perkelahian, tidak ada perpecahan, semua menghormati keputusan Pak Ketua, acara inagurasi berlangsung meriah sesuai jadwal.
Di dunia kerja, dalam perjalanan karir, leadership anda akan diuji, mulai dari memimpin satu unit kecil, kemudian kepala bagian, atau kepala cabang dan seterusnya.
Pada setiap posisi, kemampuan kepemimpinan dan managerial sangat penting, bahkan lebih penting dari kemampuan teknis anda.
Bagaimana mengelola anak buah, bagaimana mengelola resource perusahaan, dan bagaimana memimpin dan me-manage sub bagian yang menjadi tanggung jawab anda dalam menjalankan operasional dan memenuhi target sub bagian tersebut .
Seringkali kita jumpai, orang orang yang berhasil menduduki posisi top management di suatu perusahaan, adalah orang orang dengan leadership dan kemampuan soft-skills yang bagus, Pekerja dengan type seperti ini biasanya lebih unggul dalam karir dibanding kan dengan type pekerja yang kemampuan teknis nya bisa jadi lebih bagus, tetapi kurang cakap dalam memimpin.
Seorang pemimpin terkadang bukan orang yang terpintar di organisasi atau Perusahaan, dia tidak perlu mengerti detail teknis semua hal. Akan tetapi jika leadership nya bagus, dia bisa me-manage orang lain untuk bekerja dalam harmoni untuk mencapai tujuan organisasi.
Yuk lanjut ke halaman berikut nya..