Banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari sejarah dunia. Dalam hal peradaban misalnya, kita menyaksikan banyak bangsa bangsa yang pernah memiliki peradaban yang maju dan imperium yang luas, tetapi kemudian secara perlahan atau tiba tiba runtuh, sebaliknya banyak pula bangsa bangsa yang sebelumnya berada pada masa kegelapan, kemudian dapat bangkit dan memiliki peradaban yang besar.
Untuk menyegarkan kembali ingatan kita sambil merenungkan pelajaran apa yang dapat kita petik dari peristiwa peristiwa jatuh bangunnya peradaban dunia, mari kita ulas kembali secara ringkas peristiwa peristiwa besar di dunia seperti : Reinassance Eropa, Kemunduran Peradaban Islam, Era Kolonialisme, Restorasi Meiji Jepang, Runtuhnya Uni Soviet, Kemunduran Ekonomi Amerika Serikat dan Kebangkitan Cina sebagai berikut :
Reinassance Eropa
Eropa pada abad pertengahan, pernah mengalami suatu zaman yang disebut zaman kegelapan (the dark middle age) , saat itu penguasa dan dogma dogma agama begitu mengikat dan mengukung kebebasan berpikir masyarakat.
Kita mungkin sering membaca kasus yang terkenal, seorang ilmuwan Galileo Galilie, yang diadili dan dihukum sebagai tahanan rumah hanya karena berpendapat bahwa Bumi mengelilingi Matahari (mendukung teori Copernicus) , bertentangan dengan penguasa dan tokoh agama saat itu yang berpegang pada teori Aristoteles dan Ptolemeus yang menyatakan bahwa Bumi adalah pusat alam semesta dan matahari lah yang mengelilingi Bumi.
Sekitar abad ke 15, didorong oleh pergulatan pemikiran untuk menggali kembali kejayaan ilmu pengetahuan bangsa Yunani dan Romawi Kuno, Reformasi Gereja, pengaruh peradaban Islam setelah perang salib dan faktor faktor lainnya, Eropa memasuki suatu zaman yang dinamakan Reinassance (masa pencerahan – kelahiran kembali), dimana ilmu pengetahuan berkembang pesat dan mucul tokoh tokoh besar yang sampai sekarang kita kenal seperti : Kepler, Francis Bacon, Rene Decrates, Gutenberg, Leonardo Da Vinci dan lain lain.
Penguasaan ilmu dan teknologi oleh bangsa Eropa pada masa Reinassance, juga memicu hasrat penaklukan atas bangsa bangsa lain, terutama dengan dikuasainya teknologi mesiu dan senjata api. Pengolahan sumber daya alam dengan teknologi baru, pertanian yang lebih efisien dan kekayaan yang melimpah dari negri jajahan membuat bangsa eropa semakin sejahtera. Dengan terpenuhinya kebutuhan dasar, mereka memiliki waktu dan energi untuk makin mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kemunduran Peradaban Islam
Peradaban Islam pernah mengecap kejayaan selama 700 tahun lebih (dari Abad Ke 8 sampai Abad Ke 14) Era keemasan Islam (The Golden Ages of Islam) ini terutama berlangsung pada masa Kekhalifahan Dinasti Abbasiyah mulai abad ke 8 Masehi. Perhatian Dinasti ini yang begitu besar terhadap kesejahteraan rakyat serta kesuksesannya mendorong perkembangan ilmu pengetahuan, tekonologi, ekonomi, perdagangan, politik, wilayah kekuasaan, serta peradaban Islam telah membuat Dinasti Abbasiyah menjadi salah satu negara adikuasa dunia di abad ke-8 M.
Di masa ini semangat mempelajari dan mengembangkan ilmu pengetahuan sangat tinggi, karya karya ilmuwan masa Yunani Kuno, Romawi dan Persia diterjemahkan secara besar besaran, didirikan Baitul Hikmah sebagai pusat penerjemahan sekaligus perguruan tinggi dan perpusatakan Baghdad. Sekolah dan universitas universitas dikembangkan, hingga Peradaban Islam di zaman ini banyak melahirkan ilmuwan ilmuwan besar seperti : Ibnu Sina, dan Al Razi dibidang kedokteran , Jabbir Ibn Hayyan dibidang Kimia, Muhammad Ibnu Musa Alkhawarizmi pakar matematika yang menciptakan ilmu Al Jabar, Al-Fazari dan Al Farghani dibidang astronomi, Al Ghazali dan Ibnu Rusyd dibidang filsafat, Al Mas’udi dibidang sejarah dan geografi dan lain lain. Ilmu-ilmu yang mereka kembangkan mempengaruhi pencapaian ilmuwan Eropa pada masa Reinassance. (Wikipedia Indonesia)
Sayangnya semangat menggali ilmu pengetahuan ini tidak berlanjut, muncul paham paham yang mengukung pikiran dan melarang ijtihad sehingga mengendurkan semangat belajar. Perpecahan dikalangan umat Islam, Perang Salib dan serangan bangsa Mongol ke Baghdad sedikit demi sedikit membuat Peradaban Islam mulai mengalami kemunduran, sampai mencapai puncaknya dengan runtuhnya kekhalifahan Islam yang terakhir, Turki Ottoman, pada tahun 1922.
Mengenai penyebab mundurnya Peradaban Islam, Ahmad Fatoni, Pengajar Universitas Muhammadiyah Malang ketika membuat resensi buku “Peradaban Islam, Penyebab Kemunduran dan Perlunya Reformasi” karangan Dr M. Umer Chapra di situs Hidayatullah 15 September 2010, meyebutkan “Di antara faktor tersebut adalah degenerasi moral, hilangnya dinamisme dalam Islam dalam belenggu dogmatisme, lemahnya keilmuan dan tradisi ilmiah, pemberontakan dan perpecahan, selain juga peperangan yang menggerogoti kekuatan umat Islam serta mengancam jiwa dan harta sekaligus memperlemah daya perekonomian”
Era Kolonialisme
Seiring dengan bangkitnya minat terhadap ilmu pengetahuan pada masa reinassance, dan berkembangnya perekonomian, tumbuh pula minat untuk menjelajahi dunia, muncul tokoh tokoh seperti Christoper Columbus, dan Ferdinand Magelan. Motivasi penjelajahan dunia oleh bangsa eropa ini dikenal dengan tiga G, Gold (Emas- Kekayaan), Glory (Kejayaan) dan Gospel (penyebaran Agama).
Saya sering terhenyak ketika dihadapkan pada fakta fakta sejarah mengenai penaklukan, bagaimana bangsa-bangsa yang lebih dahulu mencapai kemajuan peradaban, dengan mudahnya manaklukkan dan menguasai bangsa lain yang dari segi luas wilayah dan jumlah penduduk jauh lebih besar.
Bagaimana Spanyol misalnya, Pada tahun 1519, hanya dengan 553 orang tentara dipimpin Heniando Cortez dapat menaklukkan Meksiko yang berpenduduk 5 juta orang ! dan Fransico Pizarro, yang pada tahun 1532 hanya dengan membawa 177 orang dan 62 kuda dapat menaklukkan Peru yang waktu itu diperintah Kerajaan Inca yang mempunyai 14.000 Prajurit ! (Michael H Hart, “100 Tokoh Yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah”)
Revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa Reinassance Eropa di abad ke-16 mendorong pula terjadinya Revolusi Industri di Inggris pada akhir abad ke-18, terutama setelah ditemukannya mesin uap (oleh James Watt), perkembangan mesin bakar dalam dan pembangkit tenaga listrik.
Revolusi Industri ini menghasilkan berbagai dampak, produksi barang besar-besaran semakin mendorong semangat imperialisme untuk memperluas tanah jajahan guna mencari sumber bahan mentah dan memasarkan hasil industri tersebut.
Inggris, tempat kelahiran Revolusi Industri ini semakin menjadi rajanya penjajah, negri yang luasnya hanya 130.395 Km2 (kurang lebih hanya sebesar Pulau Jawa !) ini memiliki jajahan paling banyak di dunia, setidaknya 63 negara pernah dijajah oleh Inggris dimana 54 diantaranya sampai saat ini masih tergabung dalam Negara Negara Persemakmuran (Commonwealth of Nations) dengan Ratu Inggris sebagai ketuanya. (Wikipedia Indonesia)
Dan yang paling patut kita renungkan adalah bagaimana Belanda, negeri yang tidak lebih luas dari Provinsi Jawa Timur ini, dapat menjajah Indonesia yang 45 kali lebih luas selama 350 tahun !
Restorasi Meiji Jepang
Sebelum tahun 1853, Jepang adalah bangsa yang sangat tertutup dan diperintah dengan cara yang sangat foedalistik. Dorongan modernisasi Jepang berawal dari hadirnya angkatan laut Amerika dibawah pimpinan Laksamana Perry. Laksamana Perry minta pintu gerbang Jepang dibuka dan minta berunding dengan tujuan agar Jepang membuka diri kepada pihak asing, berdagang dan membolehkan kapal asing merapat di pelabuhan Jepang .
Mulai saat itu bangsa Jepang terbuka matanya bahwa ada kekuatan-kekuatan besar diluar mereka. Semangat Bushido para samurai dengan pedang-pedangnya ditantang untuk mampu melawan kekuatan Amerika dan orang kulit putih. Sejak saat itu mereka berpikir untuk menjadi sekurang-kurangnya sama kuatnya dengan orang asing.
Restorasi Meiji, terjadi pada tahun 1866 sampai 1869, tiga tahun yang mencakup akhir Zaman Edo dan awal Zaman Meiji. Restorasi Meiji juga dikenal dengan sebutan Meiji Ishin, Revolusi, atau Pembaruan, adalah rangkaian kejadian yang menyebabkan perubahan pada struktur politik dan sosial Jepang. Restorasi ini merupakan akibat langsung dari dibukanya Jepang kepada kedatangan kapal dari dunia Barat yang dipimpin oleh perwira angkatan laut asal AS Matthew Perry.
Restorasi Meiji merupakan usaha besar-besaran kaisar Meiji untuk menciptakan Jepang baru, yaitu transformasi dari negara yang terisolasi dan miskin menjadi negara yang modern.
Dalam kurun waktu bergulirnya Restorasi Meiji (Meiji Ishin) tahun 1868 dan dekade sesudahnya, bangsa Jepang telah membuktikan diri kepada dunia sebagai bangsa yang memiliki kompetensi ilmu pengetahuan dan teknologi maju yang dapat disejajarkan dengan Amerika dan negara maju lainnya.
Hal yang terpenting dari restorasi ini adalah restorasi dibidang pendidikan, yaitu mengubah sistem pendidikan dari tradisional menjadi modern (saat itu dimulai dengan mengadopsi sistem Jerman), program wajib belajar, mengirim mahasiswa Jepang untuk belajar ke luar negeri (ke Prancis dan Jerman), dan meningkatkan anggaran sektor pendidikan secara drastis.
Semenjak Restorasi Meiji dikibarkan pemerintah Jepang terus menjalankan kebijaksanaannya dengan mulai giat menerjemahkan dan menerbitkan pelbagai macam buku, di antaranya tentang ilmu pengetahuan, sastra, maupun filsafat. Para pemuda banyak dikirim ke luar negeri untuk belajar sesuai dengan bidangnya masing-masing, tujuannya jelas yaitu mencari ilmu dan menanamkan keyakinan bahwa Jepang akan dapat setara dengan kemajuan dunia Barat.
Sebuah doktrin penting yang mengilhami restorasi Meiji dan menjadi pandangan hidup orang Jepang tentang pentingnya pendidikan, dirumuskan pertama kali oleh Fukuzawa Yukichi, bapak pendidikan Jepang yang hidup pada zaman Meiji. Menurut Fukuzawa dalam bukunya berjudul Gakumon no Susume (Jepang: di antara Feodalisme dan Modernisasi), kedudukan manusia dalam suatu negara harus ditentukan oleh status pendidikannya, bukan oleh nilai-nilai yang dibawa sejak lahir sebagai warisan. Atas pemikiran dan upaya yang luar biasa dari Fukuzawa dalam merestorasi pendidikan Jepang, pemerintah Jepang hingga saat ini memberikan kehormatan tertinggi dengan menampilkan gambar Fukuzawa dalam nilai tertinggi dari mata uang Jepang, sepuluh ribu yen. (Mandaazzahra Weblog, 10 Juni 2008)
Walaupun kalah dalam Perang Dunia Kedua, Jepang mampu segera bangkit dan sekarang menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar di Dunia.
Runtuhnya Uni Soviet
Uni Soviet atau USSR (Uni Sosialias Soviet Rusia) dibentuk setelah Revolusi Bolshevik yang menjatuhkan Pemerintahan Monarki Tsar Nicholas II pada tahun 1917.
Uni Soviet dengan sistem Sosialis-Komunisnya berkembang menjadi salah satu negri Super Power pesaing Amerika Serikat, terutama pada era perang dingin (setelah Perang dunia ke 2 sampai tahun 1990-an).
Sistem Sosialis-Komunis di Uni Soviet ternyata tidak dapat membawa kesejahtraan bagi masyarakat. Penempatan kekuatan militer Uni Soviet yang besar di kancah perang internasional seperti Afganistan dan negara negara Eropa Timur membutuhkan dana yang sangat besar, sementara Industri yang lebih bertumpu pada Industri berat untuk mendukung militer tidak dapat diandalkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Pabrik pabrik yang sudah ketinggalan zaman dan lemahnya pengembangan teknologi baru membuat industri Uni Soviet sulit bersaing dengan negara negara barat.
Hal ini diperparah sistem politik otoriter dan birokrasi yang korup sehingga menambah ketidakpuasan rakyat dan memperuncing konflik dalam negri.
Michail Gorbachev (jika sering menyaksikan tayangan “Dunia Dalam Berita” di TVRI tahun 90-an, pasti ingat tokoh satu ini, yang memiliki tanda yang khas di keningnya. ) mencoba memperbaiki keadaan dengan program reformasi Glasnost (Keterbukaan Politik) dan Parestroika (Restrukturisasi Ekonomi) nya, tetapi hal ini justru menyuburkan gerakan separatisme dan mempercepat kejatuhan negara adikuasa tersebut.
Akhirnya Uni Soviet bubar pada tahun 1991, dan pecah menjadi Rusia dan empat belas negara negara kecil lainnya , menandai berakhirnya era perang dingin.
Menariknya negara Superpower yang sempat menjadi penyeimbang Amerika Serikat ini runtuh lebih disebabkan hancurnya perekonomiannya sendiri, bukan oleh serangan langsung musuh musuhnya.
Kemunduran Perekonomian Amerika
Amerika Serikat (AS), satu satunya negara Super Power yang tersisa saat ini, mulai limbung karena kemunduran perekonomian negara tersebut.
Kasus subprime mortgage (pemberian kredit perumahan kepada konsumen yang kurang layak diberi kredit), diikuti runtuhnya pemain pemain utama Wallstreet, seperti Lehman Brothers, Washintong Mutual, (dua bank investasi terbesar di AS), Firma Keuangan Fannie Mae, Freddie Mac, dan Perusahaan Asuransi terbesar di dunia , AIG (American International Group Inc) menunjukkan mulai rapuhnya fundamental ekonomi Amerika.
Produk produk manufaktur Amerika kalah bersaing dengan Produk China yang murah, hal ini mengakibatkan membengkaknya pengangguran di AS. Banjirnya barang barang dari China memicu defisit perdagangan AS dengan China, yang telah menyentuh rekor baru pada angka US $ 28 Milyar bulan oktober 2010 yang lalu (Koran Jakarta 15 Oktober 2010)
AS saat ini telah menjadi negara dengan hutang paling besar di dunia !. Pada tahun 2010 total hutang negri Paman Sam ini telah mencapai US $ 12 triliun atau 82,7 % dari Produk Domestic Bruto (PDB) negara tersebut, bandingkan dengan rasio hutang terhadap PDB Indonesia yang hanya 27 % (Tempo Interaktif 29 Desember 2010)
Parahnya Amerika berusaha menyelamatkan perekonomiannya dengan terus mencetak Dollar (Quantative Easing– QE) , saat ini The Fed Amerika telah sampai pada QE-2 dan mungkin saja akan terus berlanjut dengan QE 3 dan seterusnya. Hal ini dapat memicu ketidakpercayaan pasar terhadap US Dollar.
Bila China sebagai negara pemegang surat utang dalam US $ terbesar tidak lagi mempercayai US Dollar dan berhenti membeli surat utang Amerika, dan OPEC (Organization of the Petroleum Eksporting Countries) sebagai salah satu pengguna US $ terbesar memutuskan menghentikan penggunaan Dollar dalam perdagangan minyaknya, maka Dollar Amerika akan segera runtuh. Hal ini mungkin saja terjadi, bahkan telah dibuat film fiksi yang berjudul The Day Dollar Died oleh National Inflation Association (NIA) (Muhaimin Iqbal , Situs Hidayatullah 14 Desember 2010)
Melemahnya perekonomian tentu berdampak pada dua sektor penting lainnya, anggaran militer pasti berkurang, dan begitu pula dengan anggaran untuk pengembangan sains dan teknologi. Pemerintahan Obama bahkan membatalkan rencana NASA untuk mengirim (kembali) Astronot ke bulan, dan akan menswastanisasi pembangunan pesawat luar angkasa Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat tersebut. (Republika Online, 2 Februari 2010)
Walaupun dari segi kekuatan militer, AS masih dapat dikatakan yang terkuat di Dunia, beberapa negara kuat lainnya seperti China, mulai berani berkata “Tidak “ pada keinginan keinginan negri Paman Sam tersebut. Contoh terakhir pada kasus mata uang China Yuan, China berani mengabaikan permintaan AS untuk merevaluasi nilai mata uangnya tersebut yang dinilai AS sebagai penyebab utama besarnya defisit perdagangan nya dengan negara tirai bambu tersebut.
Kebangkitan China
China sebelum tahun 1978 merupakan negara dengan dogma dogma komunis yang melekat erat pada setiap sendi kehidupan bernegara. Ketika tokoh tokoh penting golongan dogmatis mulai wafat, akhirnya timbul reformasi China. (Belajar Dari China, Kaede Rukawa Blogspot , 25 Feb 2010)
Pada tahun 1978 Deng Xiaoping memulai program Modernisasi China, dengan bertumpu pada 4 hal yaitu : Pertanian, Industri, Sains-Teknologi dan Militer, Program ini dirancang untuk menjadikan China sebagai kekuatan Dunia di awal abad ke 21.
Berikutnya Jiang Jemin dan Zhu Rongji mulai membawa China mengadopsi sistem ekonomi pasar, suatu sistem yang digunakan negara negara kapitalis yang sebenarnya bertentangan dengan dogma dogma komunisme yang dianutnya.
Kombinasi sistem politik komunisme dan sistem ekonomi pasar ini ternyata cukup berhasil membawa China menjadi raksasa ekonomi dunia. Tidak seperti Uni Soviet yang gagal dengan program reformasi Glasnost (Keterbukaan Politik) dan Parestroika (Restrukturisasi Ekonomi) nya, China memilih hanya mengadospsi sistem ekonomi kapitalis dan tetap mempertahankan system politik komunis, dengan satu partai dan pemerintahan yang otoriter. Tapi hal ini justru berdampak positif pada kestabilan politik, hingga energi bangsa china dapat difokuskan untuk pengembangan ekonomi.
China juga dikenal sangat serius memberantas korupsi aparat birokrasinya. Pada saat dilantik menjadi Perdana Mentri pada tahun 1998, Zhu Rongji menyatakan “Berikan kepada saya seratus peti mati, sembilan puluh sembilan untuk koruptor dan satu untuk saya, jika saya melakukan hal yang sama !”.
Dan ini bukan sekedar pernyataan retorika semata, menurut Amnseti International dari tahun 2001 sampai 2005 saja, China telah menghukum mati 4000 orang karena korupsi. Tampaknya Zhu Rongji paham betul pepatah China yang menyatakan “Bunuhlah seekor ayam untuk menakuti seribu ekor kera”
(Asro Kamal Rokan, Republika Online)
Kemajuan perekonomian Cina saat ini sungguh luar biasa, cadangan devisa nya mencapai US $ 2,5 Triliun, merupakan yang terbesar di dunia saat ini. (Kompas 15 Oktober 2010)
Produk produk Cina membanjiri pasaran dunia. Cina mampu memproduksi barang dengan sangat murah antara lain dengan memanfaatkan jumlah penduduknya yang terbesar didunia (lebih dari 1,3 milyar jiwa)
Seiring dengan kuatnya perekonomian, Cina mulai merambah ke sektor sektor lainnya. Pada tahun 2008 saja anggaran militer China mencapai US $ 84,9 Miliar, menjadikan China sebagai negara kedua terbesar di dunia dalam hal anggaran militer. (No 1 tetap Amerika Serikat dengan kurang lebih 607 milliar dollar. (Kompas 9 Juni 2009) Hal ini tentu membuat gelisah dunia, teruatama Jepang dan AS.
Di bidang penguasaan ilmu dan teknologi, Cina merambah maju, antara lain dengan proyek proyek luar angkasanya. China merupakan negara ketiga di Dunia, setelah Rusia dan AS, yang berhasil meluncurkan manusia ke luar angkasa.
Setelah pertama kali meluncurkan misi berawak dengan Shenzhou 5 pada tahun 2003. Pada bulan September 2009 dengan menggunakan modul Shenzhou 7, tiga astronot China- Jing Haipeng, Zhai Zhigang dan Liu Boming– berhasil melakukan Spacewalk (berjalan diluar angkasa). (Kompas 28 September 2008 ).
Berikutnya pada bulan Oktober 2010 , China berhasil meluncurkan roket Long March 3C yang membawa penjelajah Chang’e 2 mendekati Bulan. Misi ini merupakan persiapan China untuk melakukan pendaratan di Bulan. (Kompas 2 Oktober 2010)
Dengan kemajuan China yang luar biasa, baik dibidang Ekonomi, Kekuatan militer, dan penguasaan ilmu dan teknologi ini , hanya tinggal menunggu waktu bagi China untuk mengungguli Amerika Serikat dan menjadi negara Super Power berikutnya..
Benang Merah
Dari peristiwa peristiwa jatuh bangun nya peradaban dunia tersebut, dapat kita tarik suatu benang merah , bahwa untuk menjadi bangsa dengan peradaban maju, kuat dan disegani, Suatu bangsa harus memiliki keunggulan setidaknya dalam tiga hal pokok yaitu : Penguasaan Ilmu dan Teknologi, Mempunyai Perekonomian Yang Kuat, dan Militer Yang Tangguh.
Ketiga hal tersebut harus seimbang, karena tanpa salah satu dari ketiganya, akan menjadi pincang. Jepang misalnya, dalam penguasaan ilmu dan teknolgi tidak diragukan lagi, begitu pula dengan perekonomian negara tersebut yang tergolong paling kuat di dunia, akan tetapi negara matahari terbit tersebut sejak kalah perang dunia kedua, tidak (diperbolehkan) mempunyai militer. Untuk pertahanan terpaksa harus berlindung dibawah ketiak AS, bahkan dalam hal konflik perbatasan dengan Cina pun, negara yang sebagian wilayahnya pada saaat perang dunia kedua dulu pernah dijajahnya, Jepang tidak dapat bersikap asertif sepenuhnya.
Runtuhnya Uni Soviet, adalah contoh terbaik bagaimana bila suatu negara hanya unggul dalam militer, tetapi mengabaikan perekonomian. Sementara negara negara Arab, dalam hal perekonomian sangat kuat karena ditunjang melimpahnya minyak bumi, akan tetapi kekayaan yang luar biasa ini malah membuat mereka terlena, malas mengembangkan ilmu dan teknologi, serta takut memperkuat militer, sehingga terpaksa menghamba kepada AS dan tidak punya gigi dalam menghadapi Israel.
Korea Utara dapat dijadikan contoh negara yang hanya fokus pada kekuatan militer, jumlah tentara aktif nya yang lebih dari satu juta orang ditambah sekitar lima juta tentara cadangan, merupakan yang terbanyak keempat di dunia (Setelah China, Amerika Serikat dan India). ditambah klaim senjata nulklirnya membuat negara ini cukup diperhitungkan.
Memang untuk berkonflik dengan negara tersebut, Korea Selatan misalnya, akan berpikir dua kali, akan tetapi kekuatan militer tersebut tidak ada artinya ditengah penderitaan rakyatnya yang kelaparan dan tertindas.
Saat ini Cina dapat dikatakan calon negara super power baru karena kekuatan ekonominya, fokusnya dalam membangun kekuatan militer dan semangatnya untuk mulai menguasai ilmu dan teknologi. Dalam skala yang lebih kecil, Iran juga mulai patut dipertimbangkan karena semangat kemandirian negara tersebut dalam penguasaan sains, perekonomiannya yang kuat, milternya yang cukup tangguh dan keberaniannya berkata “tidak” pada dunia barat, misalnya dalam polemik kepemilikan teknologi nuklir akhir akhir ini.
Pada sisi perekonomian, penjajahan ekonomi dan pembodohan oleh negara yang lebih maju peradabannya terhadap negara yang lebih “terbelakang” terus berlangsung. Untuk menjadi negara maju, mempunyai sumber daya alam saja tidak cukup, bahkan kebanyakan sumber daya alam di negara negara “berkembang” yang melimpah , dieksploitasi dan lebih lebih dimanfaatkan untuk kepentingan negara maju dibandingkan untuk meningkatkan kesejatraan negara “berkembang” tersebut.
Negara negara di Benua Afrika menjadi contoh yang ironis, betapa sumber daya alam yang melimpah di benua hitam tersebut dikeruk habis habisan oleh negara negara barat lewat multi national company nya. Sementara rakyat di negara negara tersebut terus menderita dalam kemiskinan dan keterbelakangan, diperintah oleh rezim yang korup dan otoriter, dan didera perang saudara tiada henti. Suatu kondisi yang sepertinya memang sengaja di pelihara oleh negara negara barat, agar kepentingan eksploitasi mereka tidak terganggu.
Pada sisi pertahanan, untuk menjadi negara yang disegani, mutlak diperlukan Militer yang kuat. Militer yang tangguh tidak selalu digunakan untuk perang, yang paling penting justru untuk menaikkan posisi tawar suatu negara dan menghindari didekte negara lain. Tidak ada diplomasi yang efektif tanpa bargaining position yang kuat.
This post is also available in:
English