Di zaman Nabi Muhammad SAW, jazirah Arab bertetangga dengan dua negara adidaya, yaitu Kekaisaran Romawi (Bizantium) yang beragama Nasrani di sebelah Barat, dan kekaisaran Persia yang beragama Majusi (penyembah api dan berhala) di sebelah Timur.
Kekaisaran Bizantium (Romawi Timur) berpusat di Konstantinopel (Turki saat ini).
Pada tahun 614 – 615 M Pada peperangan yang menentukan di Cekungan Laut Mati, tentara Persia mengalahkan Tentara Romawi. Tentara Persia menduduki Yerussalem dan Damaskus.
Berita kekalahan Romawi ini sampai Ke Mekkah, hal ini membuat bangga kaum kafir Quraisy dan membuat sedih Nabi dan para sahabatnya. Kaum Musrikin pada saat itu mengolok ngolok umat Islam, karena Bangsa Romawi yang Nasrani dikalahkan oleh Bangsa Persia yang Majusi, dalam benak mereka hal ini berarti kaum yang menerima Kitab lebih hina daripada kaum yang menyembah api dan berhala.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Syihab. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ‘Ikrimah, Yahya bin Ya’mar, dan Qatadah, bahwa ketika kaum Muslimin belum hijrah ke Madinah, kaum musyrikin berkata dengan berapi-api: “Kami tahu bahwa orang-orang Romawi (ahli kitab yang percaya kepada Nabi Isa a.s) telah dikalahkan oleh kaum Majusi (penyembah api). Dan kalian menganggap akan mengalahkan kami dengan alasan kalian beriman kepada kitab yang diturunkan kepada Nabi kalian. Bagaimana pandangan kalian sekarang, setelah kaum Majusi mengalahkan Romawi, padahal mereka itu (Romawi) itu ahli kitab. Karenanya kamipun pasti dapat mengalahkan kalian sebagaimana Persia mengalahkan Romawi.”
Kemudian Allah menurunkan Surat Ar Ruum ayat 1-5 yang menjanjikan kemenangan kembali Bangsa Romawi dalam waktu dekat..
الم – غُلِبَتِ الرُّومُ – فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُم مِّن بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ – فِي بِضْعِ سِنِينَ ۗ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِن قَبْلُ وَمِن بَعْدُ ۚ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ – بِنَصْرِ اللَّهِ ۚ يَنصُرُ مَن يَشَاءُ ۖ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ –
“Alif Lam Mim, Bangsa Romawi telah dikalahkan, di negeri yang terdekat dan mereka setelah kekalahannya itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan setelah (mereka menang). Dan pada hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang Dia kehendaki. Dia Mahaperkasa, Maha Penyayang (QS : 30 :1-5)”
Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, hampir tujuh tahun setelah kekalahan hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia. Ayat ayat ini meramalkan bahwa Romawi dalam waktu dekat akan menang. Padahal, Romawi waktu itu telah menderita kekalahan sedemikian hebat hingga nampaknya mustahil baginya bahkan untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan kembali.
Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard menjadi ancaman serius bagi Kekaisaran Bizantium. Bangsa Avar telah datang hingga mencapai dinding batas Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius, telah memerintahkan agar emas dan perak yang ada di dalam gereja dilebur dan dijadikan uang untuk membiayai pasukan perang. Banyak gubernur memberontak melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran tersebut berada pada titik keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan Armenia, yang semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.)
Kemenangan ini tampak sedemikian mustahil sehingga kaum musyrikin Arab menjadikan ayat ini sebagai bahan cemoohan. Mereka berkeyakinan bahwa kemenangan yang diberitakan Al Qur’an takkan pernah menjadi kenyataan.
Sekitar tujuh tahun setelah diturunkannya ayat pertama Surat Ar Ruum tersebut, pada Desember 627 Masehi, perang penentu antara Kekaisaran Bizantium dan Persia terjadi di Nineveh. Dan kali ini, pasukan Bizantium secara mengejutkan mengalahkan pasukan Persia. Beberapa bulan kemudian, bangsa Persia harus membuat perjanjian dengan Bizantium, yang mewajibkan mereka untuk mengembalikan wilayah yang mereka ambil dari Bizantium. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.)
Akhirnya, “kemenangan bangsa Romawi” yang diumumkan oleh Allah dalam Al Qur’an, secara ajaib menjadi kenyataan.
Subhanallah..
Ayat ayat ini menjadi salah satu hujjah (bukti) yang kuat bahwa Al Quran bukanlah karangan Nabi Muhammad.
Jika Nabi Muhammad, atau orang orang disekitar Beliau yang mengarang Al Quran, mengapa harus mengambil resiko dengan meramalkan sesuatu, yang jika terbukti salah bisa jadi meruntuhkan semua pondasi agama yang dibawa nya?
Al Qur’an diturunkan oleh Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang Maha Mengetahui, pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu, mengetahui masa lalu, mengetahui apa yang sedang terjadi saat ini dan mengetahui apa yang akan terjadi (masa depan) .
Waktu adalah ciptaan-Nya, maka Allah SWT tentunya tidak terikat oleh waktu.
Tanah Terendah di Bumi
Keajaiban lain yang diungkapkan dalam ayat ini adalah informasi tentang fakta geografis yang tak mungkin dapat diketahui oleh seorang-pun di masa itu.
Dalam ayat ketiga Surat Ar Ruum, diberitakan bahwa Romawi telah dikalahkan di daerah paling rendah di bumi ini. Ungkapan “Adnal Ardli” dalam bahasa Arab, diartikan sebagai “tempat yang dekat” dalam banyak terjemahan. Namun ini bukanlah makna harfiah dari kalimat tersebut, tetapi lebih berupa penafsiran atasnya. Kata “Adna” dalam bahasa Arab diambil dari kata “Dani“, yang berarti “rendah” dan “Ardl” yang berarti “bumi”. Karena itu, ungkapan “Adnal Ardli” berarti “tempat paling rendah di bumi“.
Yang paling menarik, tahap-tahap penting dalam peperangan antara Kekaisaran Bizantium dan Persia, ketika Bizantium dikalahkan dan kehilangan Jerusalem, benar-benar terjadi di titik paling rendah di bumi. Wilayah yang dimaksudkan ini adalah cekungan Laut Mati, yang terletak di titik pertemuan wilayah yang dimiliki oleh Syria, Palestina, dan Jordania. “Laut Mati”, terletak 395 meter di bawah permukaan laut, adalah daerah paling rendah di bumi.
Ini berarti bahwa Bizantium dikalahkan di bagian paling rendah di bumi, persis seperti dikemukakan dalam ayat ini.
Hal paling menarik dalam fakta ini adalah bahwa ketinggian Laut Mati hanya mampu diukur dengan teknik pengukuran modern. Sebelumnya, mustahil bagi siapapun untuk mengetahui bahwasannya ini adalah wilayah terendah di permukaan bumi. Namun, dalam Al Qur’an, daerah ini dinyatakan sebagai titik paling rendah di atas bumi. Demikianlah, ini memberikan bukti lagi bahwa Al Qur’an adalah wahyu Ilahi.
Subhanallah, Maha Suci Allah, Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya..
Sumber :
1. Kemenangan Bizantium, by Harun Yahya – keajaibanalquran.com
2. Bizantine – Sasanian War Of 602-628 – en.wikipedia.org
3. Land Below Sea Level, by David K Lynch – geology.com
Semoga Bermanfaat..
This post is also available in: English