Nouman Ali Khan merupakan seorang ustadz dari Amerika Serikat dan CEO Bayyinah Institute. Beliau lahir di Berlin, Jerman pada 4 November 1978. Nouman Ali Khan menarik perhatian komunitas muslim karena tema dakwah yang dibawakannya menggunakan sudut pandang linguistik Al Quran.
Saya suka mengikuti ceramah ceramah Beliau di Youtube, pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi salah satu tausiyah beliau yang paling membuat saya tersentuh (atau mungkin lebih tepatnya “tertampar”).
Saya mencoba merangkum dan menceritakan kembali, bagi yang ingin menonton versi utuhnya silahkan klik video diatas yang saya ambil dari kanal youtube Digital Mimbar, atau klik disini untuk transkrip lengkap bahasa indonesia nya dari Website Nouman Ali Khan Indonesia
Nouman Ali Khan : Islam And Ego
Seringkali kita jumpai banyak Pemuda (mungkin termasuk kita juga), dalam perjalanan hidupnya, mendapatkan hidayah dan memutuskan untuk serius mendalami agama, mereka mencari guru dan belajar. Kadang guru itu adalah seseorang (ulama), kadang guru itu adalah buku buku, atau kadang Guru itu adalah suatu sumber di Internet.
Mereka menjadi sangat bersemangat (bahkan kadang terlalu bersemangat), kemudian lambat laun mereka menjadi sangat kaku, mereka menjadi keras. Tiba tiba mereka mendapati ada sesuatu yang salah pada keluarga mereka, dan pada lingkungan di sekitar mereka.
Keluarga, sahabat dan lingkungan di sekitar mereka tidak melalui perjalanan “spritual” yang sama dengan mereka, tidak berguru pada sumber yang sama, dan tidak mengartikan agama sebagaimana yang mereka pahami.
Mereka tentu berupaya mengubah lingkungan disekitar nya, mengajarkan “ini seharusnya begini”, “oh..kalian salah, tidak boleh begitu”..
Tetapi keluarga mereka, dan orang orang disekitar mereka, tidak selalu mengikuti apa yang mereka katakan. Mulai timbul banyak konflik, dan para Pemuda itu menjadi Frustasi
“Kenapa kalian tidak mengerti sih?, inilah cara paling benar dalam beragama”
Para pemuda itu tentu berpikir bahwa mereka perlu menegakkan “Amar ma’ruf nahi mungkar”, mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran, itulah yang memang seharusnya mereka lakukan.
Akan tetapi apa yang mereka tidak (selalu) sadari adalah ada hal lain disamping itu, ada sesuatu dalam diri mereka yang membuat mereka ingin menunjukkan kekuasaan mereka, bahwa mereka lah yang paling tahu, bahwa mereka lah yang paling benar.
“Akulah yang paling tahu tentang agama, biarkan aku mengajarimu apa yang benar”
“Apakah kamu tidak tahu, itu seharusnya begini, bukan begitu….”
Hal seperti ini, tidak hanya terjadi di kalangan pemuda saja, tetapi juga di alami oleh orang orang yang lebih dewasa.
Jadi sering tanpa kita sadari, Agama kita jadikan sebagai media untuk menunjukkan ego kita, menunjukkan kesombongan kita. Hal ini ironis karena agama diturunkan supaya kita merendahkan diri kita, supaya kita menjadi rendah hati.
Ego dan Kesombongan tersebut kadang muncul dalam kehidupan keseharian kita.
“akulah yang paling pantas menjadi ketua masjid ini”, “kenapa mereka memilih dia?”,
“ pendapatku-lah yang seharusnya yang paling didengarkan”
Jika kita melihat rendah kepada muslim lainnya, merasa lebih bertaqwa daripada orang lain, merasa lebih berilmu, atau merasa lebih hebat dari orang lain, maka sesungguhnya ada penyakit dalam hati kita yang disebut “Kibr” (kesombongan)
Nabi Muhammad SAW mengingatkan kita bahwa :
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” (HR Muslim)
Ketika anda mendengarkan ceramah ini, mungkin anda berpikir “ehm, aku tahu siapa orangnya, yang sepertinya paling pantas mendengarkan ceramah ini” atau “tunggu sampai aku memberitahukan ini pada mereka”
Jika anda berpikir seperti itu, justru itu-lah pertanda sifat sombong.
Siapa yang seharusnya mendengarkan ini terlebih dahulu?, siapa yang seharusnya sadar terlebih dahulu? jawabannya adalah “diri anda sendiri“. Anda harus memikirkan hal ini.
Ego
Mengenai Ego, ini adalah sesuatu yang hanya kita sendiri yang dapat mengukurnya, tidak ada seorang pun yang dapat menilai hal ini untuk kita.
Dan ketika penyakit ini ada dalam hati kita, tidak peduli seberapa baik tampaknya kita diluar, hal itu tidak akan berarti sedikitpun, karena Allah akan katakan pada hari Kiamat nanti :
إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Kecuali orang orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih .. (QS. Asy Syu’araa : 89)
Mendeteksi penyakit “ego”
Ketika ada seseorang yang mengkoreksi anda, apa reaksi pertama anda, apakah anda tersinggung? Atau sangat tersinggung?
“bagaimana bisa kamu katakan itu kepada saya”? atau “memang-nya siapa dia sampai berani mengatakan itu kepada saya?”
Jika itu adalah reaksi pertama anda, berarti anda punya masalah Ego
Apa reaksi anda seharusnya?
“Mungkin melalu komentar yang tidak pantas ini, Allah berusaha memberitahu ku apa yang seharusnya aku perhatikan” atau
“Oke, memang tidak 100 % benar, tapi walau sedikit ada benarnya juga, mungkin 1 % benar, apapun itu, terimakasih, ini dapat menjadi bahan refleksi dan koreksi untuk diriku”
Atau Jika anda dalam suatu situasi diskusi , ketika pendapat Anda tidak diterima, kemudian anda berjalan keluar dengan penuh ke-marahan, berarti anda juga memiliki masalah Ego
Ketika anda memberi saran atas sesuatu, apakah tujuannya? Apakah murni untuk kebaikan? Atau untuk menunjukkan kehebatan dan kepuasan pribadi dihati anda jika saran anda tersebut yang akhirnya di pakai?
Jika Anda memberi saran , Ikhlas karena Allah, bukan kah itu sudah dicatat?, terlepas dari apakah saran anda tersebut akhirnya dipakai atau tidak
Kesombongan dan Hati Yang Keras
Seringkali, tampak dari luar, anda terlihat baik baik saja, berpenampilan baik, tampak alim, dan memilki kemampuan berbicara yang baik
Tapi siapa yang tahu apa yang terjadi didalam?
Pertama-tama ada kesombongan, lalu kemudian hati menjadi keras
Hati tidak tergerak lagi mendengar ayat ayat Alquran
Ketika mendengar Al Quran, hal yang pertama terlintas “Ah aku sudah tau ayat itu”, atau ketika mendengarkan suatu ceramah “aku sudah tau mengenai hal ini”
Sudah lama sekali semenjak terakhir kali Anda menangis didalam sholat, atau menangis ketika mendengar Al Quran dibacakan
Itu adalah penyakit hati, yang seringkali tidak tampak dari luar, dan hanya kita sendiri yang mampu mendeteksinya
Tips Penyembuhan
Bersihkan Hati Dengan Mengingat Allah
Fokus kan hati dengan mengingat Allah, dengan berdzikir , seperti :
“Subhanallah, Walhamdulillah, Laa Ilaa ha Illallah Wallahuakakbar”
akan tetapi bukan sekedar berdzikir melainkan cobalah untuk benar benar menghayati makna nya
“Alhamdulillah”, misalnya “segala Puji Bagi Allah”, memuji Allah, hanya Allah lah yang berhak di puji, berterimakasih kepada Allah atas segala kebaikan yang diberikan-Nya kepada kita.
Misalnya, jika ada seorang yang datang dan berkata kepadamu ‘Saudaraku, ceramahmu tadi sangat bagus”
Lalu anda menjawab “Ya, Alhamdulillah, aku tau itu”
Maka ketika itu Alhamdulillah-mu, bukan lah Alhamdulillah yang sebenarnya, itu lebih ditujukan kepada mu dibandingkan yang lain, “bukankah begitu?”
Anda harus belajar untuk tidak merasa nyaman dengan puji pujian orang, Anda harus cepat cepat mengalihkan segala bentuk pujian tersebut kepada Allah, dan diwaktu yang sama menempatkan diri anda dibawah
“Aku tidak membutuhkan pujian mu, aku hanya butuh doa”
“Aku tidak butuh anda katakan bahwa aku benar benar baik, Tidak, aku tidak butuh itu, itu tidak akan membantuku, malah akan menyakiti ku”
Ketika seseorang memuji anda, mengatakan seberapa baik anda, apa yang dibangun dari itu?
“Perasaan Ego Anda“, iya kan? Dan itu masalah besar buat Anda
Dan sebaliknya, ketika seseorang berbicara buruk tentang anda, merendahkan anda, itu sebenarnya hal yang baik untuk meredam ego anda,
sebenarnya mereka tanpa sadar sedang menolong anda, mereka mungkin berpikir sedang mengalahkan anda, akan tetapi bisa jadi itu adalah pesan dari Allah untuk anda, suatu pelajaran untuk “rendah hati”.
Melakukan segala sesuatu Ikhlas karena Allah
Lalu belajarlah untuk melakukan segala sesuatu hanya karena Allah SWT.
Misalnya, saya diundang untuk memberikan Tausiyah ini, lalu saya katakan “Oke, saya akan datang minggu malam”
Lalu (panitia) menjawab “Mengapa anda tidak datang Sabtu malam saja , tidak akan ada yang datang minggu malam?”
Apakah anda tahu reaksi pertama saya?
saya menjawab “terus kenapa?,
“aku tidak datang kesini untuk mu, ada alasan lain yang lebih besar (Allah), anda tidak memberiku upah, siapa yang meberiku upah? (Allah), iya kan?”
Jadi tidak ada bedanya yang datang 100 orang, atau 1 orang, atau bahkan jika tidak ada yang datang. “Bukan kah aku sudah mendapatkan pahala jika aku melakukannya dengan niat yang benar?”
Jadi, jika anda melakukan segala sesuatu dengan niat yang benar, dengan ikhlas, hanya karena Allah SWT semata, anda tidak akan pernah merasa stress dengan hasilnya.
Bagian mu hanya berusaha, hasilnya Allah yang menentukan, dan untukmu sudah diberikan pahala atas apa yang kamu lakukan itu (terlepas dari apapun hasilnya).
Cari Teman Yang Baik
Cara penyembuhan berikutnya adalah carilah teman yang baik, carilah teman yang lebih baik dari diri anda sendiri
Belajar Untuk Menahan Bicara
Ini adalah cara yang penting, belajarlah untuk mem-bungkam mulut anda. Jika anda melihat teman anda melakukan sesuatu yang buruk, belajarlah menahan bicara, carilah cara yang paling baik untuk mengingatkan teman anda itu.
“Apakah kata kata yang akan aku sampaikan malah akan membuat mereka lebih keras melawan agamanya?“, atau “apakah aku harus mencari cara yang lebih lembut?“.
Apa yang harus anda ubah duluan bukan lah prilaku nya, melainkan “hati” nya.
Memang sulit merubah prilaku sesorang, anda hanya dapat mengingatkan mereka dan berharap Allah akan meluruskan hati mereka.
Tugas anda adalah mengingatkan “Fadzakkir”,
Seperti firman Allah dalam Al-Quran :
فَذَكِّرْ إِن نَّفَعَتِ الذِّكْرَىٰ
“Oleh sebab itu berilah peringatan, karena peringatan itu bermanfaat” (QS Al A’laa (87) : 9)
Penutup
Semoga Allah menjadikan kita orang orang yang beriman kepada Allah Azza wa Jalla, semoga Allah tidak membiarkan hati kita menjadi keras, semoga Allah menjadikan kita orang orang yang tulus dalam mengingat Allah. Semoga Allah menganugerahkan kepada kita orang orang disekitar kita yang lebih baik daripada kita, yang terus mengingatkan kita terhadap ego kita
Semoga Allah Azza wa Jalla, memberikan kemampuan kepada kita untuk terus menasehati orang orang di sekitar kita. Semoga Allah memelihara kita untuk selalu berendah diri di hadapan Nya.
Amin
Semoga bermanfaat.